KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wata΄ala, karena
berkat rahmat-Nya kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul Perilaku
Konsumen. Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah TEORI ORGANISASI
UMUM 2.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.
Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang
Identifikasi Masalah
Maksud dan tujuan penulisan
Latar Belakang
Identifikasi Masalah
Maksud dan tujuan penulisan
BAB II PEMBAHASAN
Perilaku konsumen
Pendekatan perilaku konsumen
Macam macam pendekatan perilaku konsumen (beserta contoh)
Kepuasaan konsumen terhadap macam-macam perilaku konsumen
Konsep elastisitas, macam dan tujuan elastisitass(beserta contoh)
Produsen dan fungsi produksi
Mengoptimalkan / memaksimalkan produksi
Menjelaskan, menghitung dan memilih biaya paling optimal
BAB III PENUTUP
Kesimpulan
Kesimpulan
PENDAHULUAN
1.1. Latar
Belakang
“Konsumen, bagaimana dengan perkiraan konsumen yang akan membeli produk
kita? Berapa prakiraan konsumen yang akan menggunakan produk ini jika kita
lakukan plan A? bagaimana jika plan B kita terapkan? Apakah ada bentuk penanggulangan
jika plan A maupun plan B tidak berhasil dilaksanakan?” itulah kalimat-kalimat
gundah yang seringkali terdengar di kalangan para pebisnis maupun wirausahawan
yang sedang menapaki ranah perdagangan barang dan jasa dalam sebuah rapat
perencanaan strategis mereka di bidang pemasaran.
Tak diragukan lagi, sasaran dari pebisnis dan wirausahawan tersebut ialah
untuk dapat menjaring konsumen sebanyak-banyaknya agar dapat menggunakan atau
membeli produk mereka.
Berbagai cara telah dilakukan oleh pebisnis dan wirausahawan untuk dapat
menaikkan rating penjualan atas produk mereka, ada sebagian yang berhasil
menarik simpati para konsumen. Namun tidak sedikit pula dari mereka yang
akhirnya menemukan kegagalan dalam perencanaan strategi marketing mereka dan terpuruk
akibat sedikitnya minat konsumen terhadap produk mereka.
Lalu bagaimana sekarang? permasalahannya ialah, apa yang menyebabkan mereka
menjadi gagal dalam memasarkan produk mereka? Mengapa mereka bisa gagal?
Jawaban dari pertanyaan diatas merupakan satu pertanyaan lagi yang memang
sudah menjadi pertanyaan klasik di dunia perdagangan barang & jasa.
Pertanyaan tersebut ialah bagaimana cara agar konsumen mau dan tertarik untuk
membeli produk dari para pebisnis maupun wirausahawan tersebut?
Memang terlihat sedikit lucu dikarenakan untuk menjawab sebuah pertanyaan
kita dihadapkan pada pertanyaan lagi. Namun, menurut kami itulah solusi terbaik
yang dapat diambil untuk memecahkan kendala-kendala yang dihadapi ketika sebuah
stategi marketing gagal dijalankan.
Hal inilah yang mendasari kelompok kami untuk melakukan analisa masalah
dalam bentuk makalah terhadap perilaku konsumen di era globalisasi seperti saat
ini.
1.2.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka kami dapat
mengidentifikasikan masalah yakni sebagai berikut :
- Bagaimana cara
memahami perilaku konsumen tentang pandangannya akan suatu produk yang ada?
-
Pendekatan-pendekatan apa saja yang sebaiknya dilakukan agar kita dapat
memahami seluk beluk perilaku konsumen?
1.3. Maksud
& Tujuan Penulisan
Maksud dan tujuan dari penulisan kami ini ialah untuk mengetahui
kecenderungan perilaku konsumen dalam menyikapi suatu produk dan juga untuk
mengetahui cara dan metode terbaik dalam pemahaman akan perilaku konsumen itu
sendiri sehingga para pebisnis dan juga wirausahawan dapat menerapkan strategi
terbaik dalam pemasaran produk mereka agar diminati oleh konsumen.
BAB II PEMBAHASAN
PERILAKU KONSUMEN
Pengertian Perilaku Konsumen
Perilaku konsumen merupakan kegiatan manusia hanya dalam lingkup yang
terbatas. Perilaku konsumen akan selalu berubah-ubah sesuai dengan pengaruh
sosial budaya yang semakin meluas, latar belakang sosial yang semakin
meningkat, sehingga berusaha mencari motivasi dalam diri konsumen.
Seperti yang dikutip oleh Ristiyanti Prasetijo dan John J.O.I Ihalauw,
menurut Schiffman dan Kanuk, perilaku konsumen didefinisikan sebagai proses
yang dilalui seseorang dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi, dan
bertindak pasca konsumsi produk, jasa maupun ide yang diharapkan bisa memenuhi
kebutuhannya.
Jadi dapat dikatakan bahwa perilaku konsumen merupakan studi
tentang bagai mana pembuat keputusan (decision units), baik individu, kelompok
ataupun organisasi, membuat keputusan-keputusan beli atau melakukan transaksi
pembelian suatu produk/jasa dan mengkonsumsinya.
Perilaku konsumen, dapat dilihat dari beberapa tahapan, yaitu:
Tahap perolehan (acquisition): mencari (searching) dan membeli (purchasing)
Tahap Konsumsi (consumption): menggunakan (using) dan mengevaluasi (evaluating)
Tahap tindakan pasca beli (disposition): apa yang dilakukan oleh konsumen
setelah produk/ jasa itu digunakan atau dikonsumsi.
Pengertian Pendekatan Perilaku Konsumen
Pendekatan Perilaku Konsumen
Pendekatan untuk mempelajariperilaku konsumen dalam mengkonsumsi suatu
barang:
1.Pendekatan Kardinal
2.Pendekatan Ordinal
Asumsi: Konsumen bersikap rasionalDengan anggaran yang tersedia, konsumen
berusaha memaksimalkan kepuasan totalnya dari barang yang dikonsumsinya.
1.) Pendekatan Kardinal
Kepuasan konsumsi dapat diukur dengan satuan ukur.
Makin banyak barang dikonsumsi makin besar kepuasan
Terjadi hukum The law of deminishing Marginal Utility pada tambahan
kepuasan setiap satu satuan.Setiap tambahan kepuasan yang diperoleh dari setiap
unit tambahan konsumsi semakin kecil.( Mula – mula kepuasan akan naik sampai
dengan titik tertentu atau saturation point tambahan kepuasan akan semakin
turun ).Hukum ini menyebabkan terjadinya Downward sloping MU curva. Tingkat
kepuasan yang semakin menurun ini dikenal dengan hukum Gossen.
Tambahan kepuasan untuk tambahan konsumsi 1 unit barang bisa dihargai dengan
uang, sehingga makin besar kepuasan makin mahal harganya. Jika konsumen
memperoleh tingkat kepuasan yang besar maka dia akan mau membayar mahal,
sebaliknya jika kepuasan yang dirasakan konsumen redah maka dia hanya akan mau
membayar dengan harga murah
.Pendekatan kardinal biasa disebut sebagai Daya guna marginal.
Skedul Utiliti Total
Qx
|
TUx
|
MUx
|
0
|
0
|
…
|
1
|
10
|
10
|
2
|
18
|
8
|
3
|
24
|
6
|
4
|
28
|
4
|
5
|
30
|
2
|
6
|
30
|
0
|
7
|
28
|
-2
|
Keseimbangan Konsumen Keseimbangan konsumen tercapai jika konsumen
memperoleh kepuasan maksimum dari mengkonsumsi suatu barang.Syarat
Keseimbangan:
1.MUx/Px = MUy/Py = ….= MUn/Pn
2.Px Qx + Py QY + ……+ Pn Qn = M
MU = marginal utility
P = harga
M = pendapatan konsumen
Q
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
MUx
|
16
|
14
|
12
|
10
|
8
|
6
|
4
|
2
|
MUy
|
11
|
10
|
9
|
8
|
7
|
6
|
5
|
4
|
Diketahui :
Px = 2 Py =
1 M =
12
Syarat Equilibrium:
1. MUx / Px = MUy / Py
12 / 2 = 6 / 1
2. Px Qx + Py QY = MPx Qx + Py QY = M
(2) (3) + (1) (6) = 12
Total Utility = MUx QX + MUy QY
= (12) (3) + (6) (6)
= 72
2.) Pendekatan Ordinal
Kelemahan pendekatan kardinal terletak pada anggapan yang digunakan bahwa
kepuasan konsumen dari mengkonsumsi barang dapat diukur dengan satuan kepuasan.
Pada kenyataannya pengukuran semacam ini sulit dilakukan. Pendekatan ordinal
mengukur kepuasan konsumen dengan angka ordinal (relatif).Tingkat kepuasan
konsumen dengan menggunakan kurva indiferens (kurva yg menunjukkan tingkat
kombinasi jumlah barang yang dikonsumsi yang menghasilkan tingkat kepuasan yang
sama).
Ciri-ciri kurva indiferens:
1. Mempunyai kemiringan yang negatif
(konsumen akan mengurangi konsumsi barang yg satu apabila ia menambah jumlah
barang lain yang di konsumsi)
2. Cembung ke arah titik origin, menunjukkan
adanya perbedaan proporsi jumlah yang harus ia korbankan untuk mengubah kombinasi
jumlah masing-masing barang yang dikonsumsi (marginal rate of substitution)
3. Tidak saling berpotongan, tidak mungkin
diperoleh kepuasan yang sama pada suatu kurva indiferens yang berbeda
Kepuasan Konsumen Pendekatan Kordinal & Ordinal
Dalam berdagang baik sebagai distributor atau sebagai produsen yang harus
dijaga adalah para konsumen agar tidak pindah dari target pasar kita. Dalam hal
menjaga konsumen ini kita harus memperhatikan tingkat kepuasan para konsumen.
Dalam posting kali ini saya ingin memberikan penjelasan tentang kepuasan
konsumen dalam 2 pendekatan.
Kepuasan Konsumen Pendekatan Kardinal
Kepuasan konsumen pendekatan kardinal, yaitu adalah kepuasan dapat diukur
dgn uang atau satuan hitung lainnya:
- Marginal Utility
- Total Utility
2. Kepuasan Konsumen Pendekatan Ordinal
Kepuasan konsumen pendekatan ordinal, yaitu adalah kepuasan tidak dapat diukur dengan satu satuan
Kepuasan konsumen pendekatan ordinal, yaitu adalah kepuasan tidak dapat diukur dengan satu satuan
- Indifference Curve
- Budget Line
Konsep Elastisitas
Dalam ilmu ekonomi, elastisitas adalah
perbandingan perubahan proporsional dari sebuah variabel dengan perubahan
variable lainnya. Dengan kata lain, elastisitas mengukur seberapa besar besar
kepekaan atau reaksi konsumen terhadap perubahan harga. Penggunaan paling umum
dari konsep elastisitas ini adalah untuk meramalkan apa yang akan barang/jasa
dinaikkan. Pengetahuan mengenai seberapa dampak perubahan [harga] terhadap
permintaan sangatlah penting. Bagi [produsen], pengetahuan ini digunakan
sebagai pedoman seberapa besar ia harus mengubah harga produknya. Hal ini
sangat berkaitan dengan seberapa besar penerimaan penjualan yang akan ia
peroleh. Sebagai contoh, anggaplah biaya produksi sebuah barang meningkat
sehingga seorang produsen terpaksa menaikkan harga jual produknya. Menurut
[hukum permintaan], tindakan menaikkan harga ini jelas akan menurunkan
[permintaan]. Jika permintaan hanya menurun dalam jumlah yang kecil, kenaikan
harga akan menutupi biaya produksi sehingga produsen masih mendapatkan
keuntungan. Namun, jika peningkatan harga ini ternyata menurunkan permintaan
demikian besar, maka bukan keuntungan yang ia peroleh. Hasil penjualannya
mungkin saja tidak dapat menutupi biaya produksinya, sehingga ia menderita
kerugian. Jelas di sini bahwa produsen harus mempertimbangkan tingkat elastisitas
barang produksinya sebelum membuat suatu keputusan. Ia harus memperkirakan
seberapa besar kepekaan konsumen atau seberapa besar konsumen akan bereaksi
jika ia mengubah harga sebesar sepuluh persen, dua puluh persen, dan
seterusnya.
1. Elastisitas Permintaan
Yaitu mengukur perubahan relative dalam jumlah unit barang yang dibeli
sebagai akibat perubahan salah satu faktor yang mempengaruhinya (ceteris
paribus). Tiga faktor penting yang mempengaruhi permintaan yaitu:
Elastisitas Harga (Price Elasticity of Demand)
Elastisitas yang dikaitkan dengan harga barang itu sendiri. Elastisitas
harga(Ep) mengukur berapa persen permintaan terhadap suatu barang berubah bila
harganya berubah sebesar satu persen.
Faktor penentu elastisitas permintaan :
- Tingkat kemampuan barang-barang lain untuk mengganti
barang yang bersangkutan.
- Persentasi pendapatan yang akan dibelanjakan untuk membeli barang tersebut.
- Jangka waktu didalam mana permintaan itu dianalisa.
- Persentasi pendapatan yang akan dibelanjakan untuk membeli barang tersebut.
- Jangka waktu didalam mana permintaan itu dianalisa.
2. Elastisitas penawaran
Elastisitas penawaran didefinisikan sebagai ukuran kepekaan jumlah
penawaran suatu barang dengan harga barang itu sendiri. Elastisitas penawaran
mengukur persentase perubahan jumlah penawaran yang terjadi akibat persentase
perubahan harga. Sebagai contoh, jika harga sebuah barang naik 10%, jumlah
penawarannya naik 20%, maka koefesien elastisitas permintaannya adalah 20%/10%
= 2. (Case & Fair, 1999: 119). Jumlah barang yang ditawarkan, dalam jangka
pendek, berbeda dengan jumlah barang yang diproduksi, karena sebuah perusahaan
biasanya tidak langsung menawarkan semua produknya ke konsumen, melainkan
menyimpan sebagian produknya untuk dijual dikemudian hari (atau biasa disebut
sebagai stok barang). Meskipun demikian, dalam jangka panjang, jumlah
barang yang ditawarkan dianggap sama dengan jumlah barang yang diproduksi
Jenis-jenis Elastisitas Penawaran
Ada lima jenis elastisitas penawaran :
Penawaran tidak elastis sempurna : elastisitas = 0. Penawaran tidak dapat
ditambah pada tingkat harga berapapun, sehingga kurva penawaran (S) akan
terlihat vertikal.
Penawaran tidak elastis : elastisitas < 1. Perubahan penawaran lebih
kecil dari perubahan harga, artinya perubahan harga mengakibatkan perubahan
yang relatif kecil terhadap penawaran.
Penawaran uniter elastis : elastisitas = 1. Perubahan penawaran sama dengan
perubahan harga.
Penawaran elastis : elastisitas > 1. Perubahan penawaran lebih
besar dari perubahan harga, artinya perubahan harga mengakibatkan perubahan
yang relatif besar terhadap penawaran.
Penawaran elastis sempurna : elastisitas tak terhingga. Perusahaan
dapat menyuplai berarapun kebutuhan pada satu tingkat harga tertentu.
Perusahaan mampu menyuplai pada biaya per unit konstan dan tidak ada limit
kapasitas produksi.
Faktor Penentu Elastisitas Penawaran
Ada dua faktor yang sangat penting dalam menentukan elastisitas penawaran,
yaitu :
1. Kemampuan penjual/produsen merubah jumlah produksi.
Ini berkaitan dengan biaya dan kapasitas produksi. Penawaran akan cenderung
tidak elastis apabila salah satu dari hal-hal berikut terjadi :
- Biaya produksi untuk menaikkan
jumlah penawaran besar. Misalnya jika produksi saat ini telah mencapai skala
ekonomis dan biaya rata-rata minimal, maka penambahan satu unit produksi akan
menambah biaya rata-rata dan mengakibatkan produksi berada dalam skala tidak
ekonomis.
- Atau kapasitas produksi telah
terpakai penuh, sehingga penambahan kapasitas akan memerlukan pabrik/mesin
baru, misalnya, yang membutuhkan investasi besar. Sementara penawaran akan
cenderung elastis jika yang terjadi adalah sebaliknya.
2. Jangka waktu analisis
Pengaruh waktu analisis terhadap elastisitas penawaran dibedakan menjadi
tiga Jangka waktu yang sangat singkat. Pada jangka waktu yang sangat singkat,
penjual/produsen tidak dapat menambah penawarannya, sehingga penawaran menjadi
tidak elastis sempurna.
Jangka pendek. Kapasitas produksi tidak dapat ditambah dalam jangka pendek,
namun perusahaan masih dapat menaikkan produksi dengan kapasitas yang tersedia
dengan memanfaatkan faktor-faktor produksi yang ada. Hasilnya, penawaran dapat
dinaikkan dalam prosentase yang relatif kecil, sehingga penawaran tidak
elastis.
Jangka panjang. Produksi dan jumlah penawaran barang lebih mudah dinaikkan
dalam jangka panjang, sehingga penawaran lebih bersifat elastis.
a. Stok persediaan.
Semakin besar persediaan, semakin elastis persediaan. Ini karena produsen
dapat segera memenuhi kenaikan permintaan dengan persediaan yang ada.
b. Kemudahan substitusi faktor produksi/input.
Semakin tinggi mobilitas mesin (atau kapital lainnya) dan tenaga kerja,
semakin elastis penawaran. Semakin elastis mobilitas kapital dan tenaga kerja,
semakin mudah produsen memenuhi perubahan permintaan yang terjadi.
3. Elastisitas silang (Cross Elasticity)
Elastisitas silang menunjukkan hubungan antara jumlah barang yang diminta
terhadap perubahan harga barang lain yang mempunyai hubungan dengan barang
tersebut. Hubungan tersebut dapat bersifat pengganti, dapat pula bersifat
pelengkap.
Terdapat tiga macam respons prubahan permintaan suatu barang (misal barang
A) karena perubahan harga barang lain (barang B), yaitu: positif, negatif, dan
nol.
Elastisitas silang positif. Peningkatan harga barang A menyebabkan
peningkatan jumlah permintaan barang B. Sebagai contoh, peningkatan harga kopi
meningkatkan permintaan terhadap teh. Kopi dan teh merupakan dua barang yang
dapat saling menggantikan (barang substitutif).
Elastisitas silang negatif. Peningkatan harga barang A mengakibatkan
turunnya permintaan barang B. Sebagai contoh, peningkatan harga bensin
mengakibatkan penurunan permintaan terhadap kendaraan bermotor. Kedua barang
tersebut bersifat komplementer (pelengkap).
Elastisitas silang nol. Peningkatan harga barang A tidak akan mengakibatkan
perubahan permintaan barang B. Dalam kaus semacam ini, kedua macam barang tidak
saling berkaitan. Sebagai contoh, kenaikan harga kopi tidak akan berpengaruh
terhadap permintaan kendaraan bermotor
4. Elastisitas Pendapatan (Income Elasticity)
Elastisitas yang dikaitkan dengan pendapatan. Elastisitas pendapatan (Ei)
mengukur berapa persen permintaan terhadap suatu barang berubah bila pendapatan
berubah sebesar satu persen.
Pengertian produsen adalah setiap orang perorangan atau badan usaha, baik
yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan
berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum negara Republik
Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian menyelenggarakan
kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi.
Produsen dalam ekonomi adalah orang yang menghasilkan barang dan jasa untuk
dijual atau dipasarkan,sedangkan proses menghasilkan barang dan jasa disebut
produksi.
Yang dimaksud dengan teori produksi adalah teori yang menjelaskan hubungan
antara tingkat produksi dengan jumlah faktor-faktor produksi dan hasil
penjualan outputnya.
Di dalam menganalisis teori produksi, kita mengenal 2 hal:
produksi jangka pendek,
yaitu bila sebagian faktorSeorang produsen atau pengusaha dalam melakukan proses produksi untuk mencapai tujuannya harus menentukan dua macam keputusan :
Di dalam menganalisis teori produksi, kita mengenal 2 hal:
produksi jangka pendek,
yaitu bila sebagian faktorSeorang produsen atau pengusaha dalam melakukan proses produksi untuk mencapai tujuannya harus menentukan dua macam keputusan :
1. berapa output yang harus diproduksikan
2. berapa dan dalam kombinasi bagaimana faktor-faktor produksi (input) dipergunakan.
2. berapa dan dalam kombinasi bagaimana faktor-faktor produksi (input) dipergunakan.
Untuk menyederhanakan pembahasan secara teoritis, dalam menentukan keputusan
tersebut digunakan dua asumsi dasar :
1. bahwa produsen atau pengusaha selalu berusaha mencapai keuntungan yang
maksimum
2. bahwa produsen atau pengusaha beroperasi dalam pasar persaingan sempurna.
2. bahwa produsen atau pengusaha beroperasi dalam pasar persaingan sempurna.
fungsi produksi adalah fungsi yang menentukan output dari
perusahaan untuk semua kombinasi masukan. Sebuah fungsi meta-produksi
(kadang-kadang fungsi metaproduction) membandingkan praktek entitas yang ada
mengkonversi input menjadi output untuk menentukan fungsi praktek produksi yang
paling efisien dari entitas yang ada, apakah praktik produksi yang paling
efisien layak atau produksi praktek yang paling efisien yang sebenarnya. [ 3] Klarifikasi
diperlukan Dalam kedua kasus, output maksimum dari suatu proses produksi
teknologi-ditentukan adalah fungsi matematika dari satu atau lebih
masukan. Dengan kata lain, diberikan himpunan semua kombinasi teknis layak
output dan input, hanya mencakup kombinasi output maksimum untuk satu set input
tertentu akan merupakan fungsi produksi. Atau, fungsi produksi dapat
didefinisikan sebagai spesifikasi persyaratan masukan minimum yang diperlukan untuk
menghasilkan jumlah output yang ditunjuk, mengingat teknologi yang tersedia.
Hal ini biasanya dianggap bahwa fungsi produksi yang unik dapat dibangun untuk
setiap teknologi produksi.
Empat fungsi terpenting dalam fungsi produksi dan operasi adalah:
1. Proses pengolahan, merupakan metode atau
teknik yang digunakan untuk pengolahan masukan (inputs),
2. Jasa-jasa penunjang, merupakan sarana yang
berupa pengorganisasian yang perlu untuk penetapan teknik dan metode yang akan
dijalankan, sehingga proses pengolahan dapat dilaksanakan secara efektif dan
efisien.
3. Perencanaan, merupakan penetapan
keterkaitan dan pengorganisasian dari kegiatan produksi dan operasi yang akan
dilakukan dalam suatu dasar waktu atau periode tertentu.
4. Pengendalian atau perawatan, merupakan
fungsi untuk menjamin terlaksananya kegiatan sesuai dengan yang direncanakan,
sehingga maksud dan tujuan untuk penggunaan dan pengolahan masukan (inputs)
pada kenyataannya dapat dilaksanakan .
Everett dan Ebert (1992:5) memberikan definisi atau pengertian fungsi
produksi dengan mengatakan sebagai berikut :”Economic refer to this
transformation of resources into goods and services as the production function
for all operation systems the general goals is to create some kinds of value
added, so that the output are worth more to consumers than just the sun of the
individual inputs. ” Jadi fungsi produksi merupakan suatu kegiatan untuk
menciptakan atau menambah kegunaan suatu barang, mengubah sesuatu yang nilainya
lebih rendah menjadi sesuatu yang memiliki nilai lebih tinggi dengan
menggunakan sumber daya yang ada, seperti bahan baku, tenaga kerja, mesin dan
sumber-sumber lainnya, sehingga produk yang dihasilkan dapat memberikan
kepuasan pada konsumen. Dengan demikian untuk membuktikan apakah produksi
tersebut telah berjalan atau tidak, maka diperlukan suatu pemeriksaan yaitu
pemeriksaan manajemen. Sedangkan program pemeriksaan manajemen pada fiingsi
produksi yang akan dilakukan adalah perencanaan dan pengendalian produksi,
tenaga kerja produksi, fasilitas produksi, dan pelaksanaan proses produksi.
Dengan asumsi bahwa output maksimum teknologi mungkin dari himpunan input
dicapai, ekonom menggunakan fungsi produksi dalam analisis yang abstrak dari
masalah teknik dan manajerial inheren terkait dengan proses produksi tertentu.
Masalah-masalah teknik dan manajerial efisiensi teknis diasumsikan untuk
dipecahkan, sehingga analisis yang dapat fokus pada masalah efisiensi alokatif . Perusahaan
diasumsikan membuat pilihan tentang alokasi berapa banyak masing-masing faktor
input untuk digunakan dan berapa banyak output untuk menghasilkan, mengingat
biaya (harga pembelian) dari setiap faktor, harga jual output, dan penentu
teknologi diwakili oleh fungsi produksi. Sebuah membingkai keputusan di mana
satu atau lebih input yang dipertahankan konstan dapat digunakan, misalnya,
(fisik) modal dapat diasumsikan tetap (konstan)
dalam jangka pendek , dan input tenaga kerja dan
kemungkinan lainnya seperti variabel bahan baku, sementara dalamjangka panjang , jumlah modal dan
faktor-faktor lain yang dapat dipilih oleh perusahaan adalah variabel. Dalam
jangka panjang, perusahaan bahkan mungkin memiliki pilihan teknologi, diwakili
oleh berbagai fungsi produksi mungkin.
Hubungan antara output ke input adalah non-moneter, yaitu fungsi produksi
berkaitan input fisik untuk output fisik, dan harga dan biaya yang tidak
tercermin dalam fungsi. Tetapi fungsi produksi tidak model lengkap dari proses
produksi: sengaja abstrak dari aspek inheren dari proses produksi fisik yang
sebagian orang akan berpendapat sangat penting, termasuk kesalahan, entropi
atau limbah. Selain itu, fungsi produksi tidak biasanya modelproses bisnis , baik, mengabaikan peran
manajemen. (Untuk primer pada elemen fundamental dari teori produksi ekonomi
mikro, melihat dasar-dasar teori produksi ).
Tujuan utama dari fungsi produksi adalah untuk mengatasi efisiensi alokatif
dalam penggunaan input faktor dalam produksi dan distribusi yang dihasilkan
pendapatan untuk faktor-faktor. Berdasarkan asumsi-asumsi tertentu, fungsi
produksi dapat digunakan untuk memperoleh sebuah produk marjinal untuk setiap faktor, yang
berarti pembagian yang ideal dari pendapatan yang dihasilkan dari output ke
pendapatan karena masing-masing faktor input produksi.
Cara Memaksimalkan Produksi
Tahapan peningkatan produktivitas yang komprehensif dan terintegrasi :
1. Analisa situasi.
1. Analisa situasi.
Langkah awal manajemen produktivitas harus mampu menganalisa situasi
sebelum mengambil keputusan ataupun mengambil tindakan yang akan ditetapkan .
Contoh : Pada sebuah RS, kunjungan pasien lagi menurun drastis dari biasanya,
maka tidak perlu menambah tenaga kerja / perawat baru.
2. Merancang program peningkatan produktivitas.
2. Merancang program peningkatan produktivitas.
Untuk peningkatan produktivitas maka dibutuhkan pula dasar program dengan
rancangan yang tepat, efektif dan efisien. Contoh : Untuk menambah kunjungan
pasien rawat jalan disebuah RS, maka bisa dilakukan langkah-langkah promosi,
baik dilakukan melalui media iklan, maupun bisa langsung melaksanakan program
pemeriksaan gula darah gratis, khitanan gratis dan lain sebagainya.
3. Menciptakan kesadaran akan produktivitas.
3. Menciptakan kesadaran akan produktivitas.
Kesadaran dari semua pihak yang terlibat dalam sebuah perusahaan / lembaga,
merupakan kunci penting untuk peningkatan produktivitas seperti yang
diharapkan. Contoh : Karyawan mematikan alat-alat listrik yang tidak sedang
digunakan, untuk menghemat energi dengan tujuan menghemat pengeluaran biaya.
4. Menerapkan Program
4. Menerapkan Program
Untuk meningkatkan produktivitas program sudah disusun dan diputuskan, maka
harus diimplementasikan dalam pelaksanaannya untuk mencapai tujuan akhir.
Contoh : Program peningkatan keterampilan SDM dengan cara mengadakan berbagai
pelatihan seperti tehnik infus bayi dan lain sebagainya, dengan tujuan untuk
peningkatan produktivitas.
5. Mengevaluasi program dan memberikan umpan balik
5. Mengevaluasi program dan memberikan umpan balik
Untuk menilai hasil akhir maka perlu dilakukan evaluasi program dengan
memberikan umpan balik. Contoh : Mengevaluasi hasil dari pelatihan tehnik infus
bayi, apakah perawat tersebut lebih profesional setelah mengikuti pelatihan
tersebut?
Contoh Perilaku Konsumen
Dalam Perilaku Konsumen kami memilih contoh Asuransi, karena asuransi adalah suatu tindakan/perbuatan yang digunakan untuk merujuk pada para konsumen dalam bentuk tindakan, sistem, atau bisnis dimana perlindungan finansial (atau ganti rugi secara finansial) untuk jiwa, properti, kesehatan dan lain sebagainya. Dengan mendapatkan penggantian dari kejadian-kejadian yang tidak dapat diduga oleh konsumen itu sendiri yang dapat terjadi seperti kematian, kehilangan, kerusakan atau sakit, dimana melibatkan pembayaran premi secara teratur dalam jangka waktu tertentu sebagai ganti polis yang menjamin perlindungan tersebut, dengan ini kita akan membahas sedikit tentang asuransi.
Dalam Perilaku Konsumen kami memilih contoh Asuransi, karena asuransi adalah suatu tindakan/perbuatan yang digunakan untuk merujuk pada para konsumen dalam bentuk tindakan, sistem, atau bisnis dimana perlindungan finansial (atau ganti rugi secara finansial) untuk jiwa, properti, kesehatan dan lain sebagainya. Dengan mendapatkan penggantian dari kejadian-kejadian yang tidak dapat diduga oleh konsumen itu sendiri yang dapat terjadi seperti kematian, kehilangan, kerusakan atau sakit, dimana melibatkan pembayaran premi secara teratur dalam jangka waktu tertentu sebagai ganti polis yang menjamin perlindungan tersebut, dengan ini kita akan membahas sedikit tentang asuransi.
Asuransi memiliki peraturan dalam Undang-Undang No.2 Th 1992 yang berisikan
tentang usaha perasuransian adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih,
dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan
menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena
konsumen mendapat kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang
diharapkan atau tanggung jawab hukum pihak ke tiga yang mungkin akan diderita
tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau memberikan
suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang
dipertanggungkan.
Beberapa konsumen menganggap asuransi sebagai suatu bentuk taruhan yang
berlaku selama periode kebijakan. Perusahaan asuransi bertaruh bahwa properti
pembeli tidak akan hilang ketika pembeli membayarkan uangnya. Perbedaan dibiaya
yang dibayar konsumen kepada perusahaan asuransi dengan jumlah yang dapat
konsumen terima bila terjadi kecelakaan hampir sama dengan bila seseorang
bertaruh di balap kuda (misalnya, 10 banding 1).
Karena alasan ini, beberapa kelompok agama termasuk Amish menghindari
asuransi dan bergantung kepada dukungan yang diterima oleh komunitas mereka
ketika bencana terjadi. Di komunitas yang berhubungan erat dan mendukung di
mana orang-orangnya dapat saling membantu untuk membangun kembali properti yang
hilang, rencana ini dapat bekerja dengan baik. Kebanyakan kalangan masyarakat
tidak dapat secara efektif mendukung sistem seperti ini dan sistem ini tidak
akan bekerja untuk risiko besar. Untuk itulah konsumen harus jelih memilih
pilihannya. Terdapat beberapa jenis asuransi antara lain :
1. Asuransi Kesehatan
2. Asuransi Pendidikan
3. Asuransi Kendaraan
4. Asuransi Investasi, dll
2. Asuransi Pendidikan
3. Asuransi Kendaraan
4. Asuransi Investasi, dll
Kami akan menjelaskan lebih dalam tentang kasus asuransi dalam bidang
asuransi kesehatan. Asuransi kesehatan dapat diartikan sebagai asuransi yang
membantu beberapa konsumen untuk mentransfer atau memindahkan resiko resiko
yang akan menyerang secara tiba-tiba kepada konsumen yang melakukan premi
dengan cara penggantian rugi secara keuangan.
Dilihat dari segi perilaku konsumen, konsumen rata – rata di dunia ingin
mendapatkan hasil secara penuh dimulai dari pembayaran yang murah sampai ingin
memiliki tingkat kualitas secara maksimal.
Sang pelaku asuransi akan meningkatkan layanannya kepada sang pelanggan
dengan cara melakukan split pada beberapa harga yang disesuaikan kepada
kebutuhan sang pelanggan serta melakukan training kepada agen-agen yang ingin
melakukan prospek kepada pelanggan. Serta melakukan beberapa promosi-promosi
yang di lakukan beberapa mall untuk mempermudah membuat brand image kepada pelanggan
yang datang ketempat tersebut. Dan juga dengan melakukan system poin dalam
kelompok yang ingin melakukan prospek sehingga agen tidak melakukan pekerjaan
dengan sia-sia.
Salah satu contoh yang pernah kami dirundingkan adalah ketika salah satu
anggota kami dilakukan prospek terhadap beberapa agensi. Agensi tersebut
melakukan kontak kepada pelanggan yang berasal dari teman sendiri. Dari sana
agensi sudah memiliki langkah kedepan sehingga pelanggan tidak merasa canggung
karena tidak kenal satu sama lain, dari perbincangan yang dilakukan agensi
tersebut melakukan perbincangan yang sangat tidak terpikirkan tentang masa
depan. Sehingga membuat sang pelanggan menjadi tertarik, karena keterbatasan
biaya pada pelanggan sang agensi pun melakukan penjelasan tentang premi bulanan
yang dimulai dari 150.000 sampai 500.000 perbulan. Maka untuk itu perusahaan
asuransi berlomba dalam memberikan pelayanan dengan sebaik – baiknya sehingga
konsumen mendapatkan kepuasan maksimal. Dari contoh diatas kami menarik kesimpulan
bahwa tingkat perekonomian di Indonesia yang sedang naik turun, perusahaan
asuransi akan melakukan pelayanan baik dari segi harga hingga kualitas agen
yang membuat para costumer menjadi lebih puas.
Kesimpulan
Dari beberapa pengertian di atas maka dapat di tarik suatu kesimpulan bahwa perilaku konsumen merupakan tingkah laku atau proses yang dilakukan oleh individu, keluarga, lingkungan masyarakat, atau budaya yang berhubungan dengan proses pengambilan keputusan dalam mendapatkan, memuaskan dan menggunakan produk atau jasa yang diinginkan. Dengan faktor – faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen tersebut yang didapat dari pengalaman ataupun dipengaruhi lingkungan .
Perilaku konsumen sebagai tingkah laku dari konsumen itu sendiri, dimana perlu pendekatan kepada konsumen agar konsumen mendapatkan kepuasan laten pada suatu produk atau jasa yang dijual produsen. pada pendekatan ini konsumen dalam mengkonsumsi sejumlah produk tertentu akan berusaha memaksimalkan kepuasan totalnya baik yang dapat diukur ataupun tidak.
Elastisitas yang dibagi menjadi elastisitas permintaan dan penawaran dengan bentuk elastis, unitari, inelastis, tidak sempurna atau sempurna. Yang digunakandalam menentukan perubahan harga kenaikan/penurunan atas perubahan produk yang diminta atau yang ditawarkan untuk melihat kepekaan bahkan respon yang diberikan konsumen yang berhubungan dengan barang subtitusi dan komplementer.
Dari beberapa pengertian di atas maka dapat di tarik suatu kesimpulan bahwa perilaku konsumen merupakan tingkah laku atau proses yang dilakukan oleh individu, keluarga, lingkungan masyarakat, atau budaya yang berhubungan dengan proses pengambilan keputusan dalam mendapatkan, memuaskan dan menggunakan produk atau jasa yang diinginkan. Dengan faktor – faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen tersebut yang didapat dari pengalaman ataupun dipengaruhi lingkungan .
Perilaku konsumen sebagai tingkah laku dari konsumen itu sendiri, dimana perlu pendekatan kepada konsumen agar konsumen mendapatkan kepuasan laten pada suatu produk atau jasa yang dijual produsen. pada pendekatan ini konsumen dalam mengkonsumsi sejumlah produk tertentu akan berusaha memaksimalkan kepuasan totalnya baik yang dapat diukur ataupun tidak.
Elastisitas yang dibagi menjadi elastisitas permintaan dan penawaran dengan bentuk elastis, unitari, inelastis, tidak sempurna atau sempurna. Yang digunakandalam menentukan perubahan harga kenaikan/penurunan atas perubahan produk yang diminta atau yang ditawarkan untuk melihat kepekaan bahkan respon yang diberikan konsumen yang berhubungan dengan barang subtitusi dan komplementer.
Dalam kasus perilaku konsumen dengan tingkat perekonomian di Indonesia yang
sedang naik turun, perusahaan asuransi dalam menarik minat konsumen untuk
menggunakan produk dan jasanya akan memberikan pelayanan baik dari segi harga
maupun kualitas para agen yang membuat para costumer menjadi lebih puas.
DAFTAR PUSTAKA :
Mowen ,Jons c,. 2002”perilaku konsumen jilit 1” bandung, erlangga
Mangkunegara, anwar prabu, 2002 “ Prilaku konsumen edisi revisi”
bandung, refika aditama
Sumarwan, ujang, 2002 “ perilaku konsumen” , bogor selatan, ghalia
inddonesia
Pater, j. paul, 1996 “ perilaku konsumen dan strategi pemasaran”bandung.
erlangga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar